Kisah Cinta
Ajaib Ray dan Maya
Pagi itu Ray
bersemangat ke sekolah karena dia adalah Ketua OSIS baru di SMP 670. Setelah
Ray sarapan, dia langsung pamit ke ibunya.
“Bu, Ray pergi
sekolah dulu ya”, kata Ray.
“Iya nak, Hati-hati”,
jawab ibu. Ray mengendarai sepeda pemberian pamannya waktu ia ulang tahun yang
ke-11. Seperti biasa, anak-anak perempuan di sekolahnya banyak yang naksir Ray sampai berlebihan, memang Ray
anaknya pintar dan tampan, apa lagi Ray adalah Ketua OSIS baru.
Sampai di sekolah,
Ray langsung masuk ke kelas, dilihatnya di belakang kelas seorang perempuan cantik
dan sepertinya pintar. Ray langsung menghampirinya.
“Hai, kamu anak baru
ya?” tanya Ray.
“Hai juga, Iya,
perkenalkan namaku Mayada Alya. Panggil saja Maya. Aku pindahan dari SMP 501”, jawab
perempuan tersebut, Maya.
“Aku Rayyan Putra Mahandrano,
Ketua Osis baru di SMP ini. Panggil aku Ray ya”, kata Ray.
“Ok, Siap Ketua
osis, hehe” canda Maya. Ray pun kembali ke tempat duduknya dengan wajah merah.
Ia tidak merasa suka dengan Maya, tapi dia merasakan sesuatu yang tidak biasa
dengan perempuan lainnya.
Hari pun terus
berlalu, kabarnya banyak lelaki yang naksir
dengan Maya. Jelas, Maya anaknya cantik, pendiam, dan pintar. Suatu hari, saat
pulang sekolah, Ray melihat Maya jalan sendirian.
“Maya!” teriak Ray.
Dengan terkejud Maya menjawab “Iya? Ada apa?”.
“Kamu kok jalan
sendirian? Rumahmu di Jalan Alpha 3 No. 101, kan?” jawab Ray dengan
terengah-engah. Maya menjawab heran “Tidak ada yang bisa menjemputku hari ini,
aku tidak punya uang untuk naik angkot, Aku tidak di kasih uang saku. Iya, kok
kamu tahu?”.
“Jelas, itu satu
arah dengan rumahku, Ayo naik!” seru Ray. Maya pun naik ke sepeda milik Ray.
Semenjak hari itu mereka berdua semakin dekat. Hari kelulusan pun tiba.
Mereka tidak satu Sekolah lagi. Maya ikut
Ayahnya Dinas ke Amerika sementara Ray di terima di SMA 347, sekolah yang Ray
inginkan. Di sekolah itu Ray tidak merasa ada perempuan yang bisa menggantikan
Maya. Kabar dari tantenya Maya, Tante Tressa, mengatakan bahwa disana Maya
lebih bahagia. Disana Maya di panggil May, bukan Maya.
Semakin hari, hati
Ray semakin lesu, Seperti ada orang yang sangat ia cintai menghilang dalam
sekejap.
3 Tahun berlalu
begitu cepat, Ray masuk ke Universitas yang terkenal yaitu Universitas
Indonesia, Fakultas Teknik Mesin. Sampai sekarang pun ia belum mempunyai pacar.
Banyak gadis yang ingin berpacaran dengan Ray. Tapi, selalu ia tolak. Saat
pulang kuliah, di rumahnya ia melihat gadis manis duduk di ruang tamu. Ia
seperti kenal dengan gadis itu.
“Apakah kamu Maya?”
tanya Ray gugup. Gadis itu tersenyum “Ya, Aku Maya, Ray” Wajah Ray pun memerah,
dia pun tidak percaya perempuan yang ia cintai kembali ke Indonesia. Ray
memeluk Maya.
“Aduh, Ray, biasa aja kali, lebay tau” tukas Maya. Ray dengan merasa bersalah menjawab “Maaf
ya, Aku kangen banget tahu!”.
”Hehehe, Aku juga”.
Ray mengajak Maya ke
sebuah tempat, yaitu bangku taman di bawah pohon rindang yang sekitar 4
tahun yang lalu selalu mereka pakai
untuk duduk-duduk berdua di sore hari.
“Kenapa kamu
mengajak aku ke sini Ray?” tanya Maya. Maya terlihat anggun memakai celana
panjang jeans biru dengan kemeja tak
berlengan berbunga-bunga dan ditutupi dengan jaket tipis rajutan berwarna putih
tulang.
“Untuk mengingat
masa lalu” jawab Ray. Maya heran dan terus mengikuti Ray.
Disana mereka
bersenang-senang, menceritakan kisah mereka, semenjak mereka berpisah. Sebelum
pulang, Ray menanyakan sesuatu kepada Maya
“Apakah kamu sudah
punya pacar?” tanya Ray.
“Tidak, aku baru
saja putus dengan pacarku yang di Amerika” jawab Maya dengan cepatnya. Ray
gembira dan bertanya dengan serius “Kalau begitu, apakah kamu mau jadi pacarku,
Maya?”
Maya kaget dan
berasa mimpi di cubit kecil tangannya dalam hati lalu berteriak ‘Ya, Maya! Ini
kenyataan!’. Maya menanyakan balik “Bisakah kamu memberi aku sedikit waktu
untuk berpikir?”
”Tentu saja, aku
akan menunggu.”. Akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing.
Seminggu berlalu,
Belum ada jawaban dari Maya, Ray pun merasa takut kalau Maya marah. Akhirnya
Ray naik motor dan menuju ke rumah Maya. Ray mendapat kabar dari Tante Tressa bahwa
Maya sedang sakit parah dan di rawat di Rumah Sakit Dedy Jaya. Ray bertanya
kepada dirinya sendiri “Maya sakit apa ya? Ia tidak pernah cerita bahwa ia
mempunyai penyakit yang parah”. Ray langsung menuju ke rumah sakit.
Sampai di rumah
sakit, Ray bertanya kepada suster.
“Sus, Pasien bernama
Mayada Alya di kamar nomor berapa, ya?” tanya Ray. “Mayada Alya ada di kamar
nomor 17K123” jawab seorang suster. Ray langsung mencari kamar tersebut. Dilihatnya
Maya berbaring lemah dan tak sadar diri di tempat tidur. Adik Maya, Graisa,
memberi sepucuk surat singkat kepada Ray. Dibukanya surat itu:
Halo Ray.
Kamu mau tau apa
jawabannya?
Ya, Aku mau sekali!
Aku menyukaimu sepenuh hatiku!
Teruslah tersenyum
Ray. Love you!
- Mayada Alya –
Ray menangis membaca
surat itu, ia langsung menarik tangan Maya dan berteriak “Maya! Bangun lah kau
Maya! Bangun!”. Ray terus berteriak kencang sambil memegang tangan Maya.
Keajaiban pun terjadi. Maya bangun dan langsung memeluk Ray.
“Ray, cinta pertama
dan terakhirku, aku menerima permintaanmu sepenuh hatiku.” kata Maya dengan
gagap.
“Oh, Maya. Ku tahu
pasti kau menerimanya!”
Beberapa hari
kemudian, Maya sudah boleh pulang kerumah walau harus mengendarai kursi roda. 3
tahun kemudian, Ray menyelesaikan studi S1 nya. Sementara Maya menjadi orang yang terkenal di bidang desain.
Akhirnya cinta mereka
membawa mereka ke pelaminan. Mereka pun Hidup bahagia, selamanya!
Karangan Azmi Nailul Izzah(Amy)